Santri dan Kiai: Menuntut di Akhirat
Santri: Kiai, saya masih merasa sakit hati dengan perbuatan teman saya. Dia sudah meminta maaf, tapi saya tidak bisa menerimanya. Saya ingin menuntutnya di akhirat saja.
Kiai: Jika hatimu masih terluka dan sulit memaafkan, maka tidak ada salahnya menunggu keadilan Allah di akhirat. Allah Maha Adil dan tidak ada satu pun kezaliman yang akan luput dari perhitungan-Nya.
Santri: Tapi, Kiai, apakah itu tidak dianggap sebagai dendam?
Kiai: Tidak, Nak. Dendam adalah ketika seseorang ingin membalas dengan kebencian, sedangkan menuntut keadilan di akhirat adalah menyerahkan urusan kepada Allah. Jika hatimu belum bisa menerima, serahkan kepada-Nya, karena di sana setiap orang akan mendapatkan balasan yang setimpal.
Santri: Jadi saya tidak harus memaafkannya sekarang, Kiai?
Kiai: Memaafkan memang dianjurkan dan berpahala besar, tetapi tidak ada kewajiban untuk memaafkan jika hatimu belum mampu. Islam memberikan hak kepada orang yang dizalimi untuk menuntut keadilan di hadapan Allah.
Santri: Apakah dengan menuntut di akhirat saya akan mendapatkan hak saya kembali?
Kiai: Ya, bahkan mungkin lebih dari yang kamu bayangkan. Jika temanmu benar-benar bersalah, Allah akan memberikan hakmu di sana. Entah itu berupa kebaikannya yang diberikan kepadamu atau dosa-dosamu yang dipindahkan kepadanya.
Santri: Terima kasih, Kiai. Saya merasa lebih tenang. Saya akan menyerahkan urusan ini kepada Allah dan menunggu keadilan-Nya di akhirat.
Kiai: Itu adalah pilihan yang sah, Nak. Semoga Allah memberikan keteguhan hati dan membalas kesabaranmu dengan kebaikan yang lebih besar.
0 Response to "Santri dan Kiai: Menuntut di Akhirat"
Post a Comment