-->

Pengen Buku Vibe Online

Mari Belajar Aneka Soal Pretest PPG silahkan klik Pre Test PPG PAI

SEKOLAH ALAM, SEBUAH ALTERNATIF

Sekolah Alam (SA) adalah sekolah dengan konsep pendidikan berbasis alam semesta. Mencermati sekolah alam adalah melihat sekolah yang unik. Lingkungan SA sungguh terasa natural dengan bangunan sekolah yang hanya berupa rumah panggung yang biasa disebut sebagai saung yang dikelilingi oleh berbagai kebun buah, sayur, bunga bahkan areal peternakan. Bukan suasana gedung bertingkat dan megah sebagai ruang kelas.

Sejak dini anak-anak dikenalkan dengan lingkungan kehidupan nyata. Anak-anak SA dibebaskan untuk tidak berseragam, justru mengenakan pakaian bermain lengkap dengan sepatu boot-nya yang membuat mereka bebas untuk bereksplorasi dengan lingkungannya. Keberagaman dipandang sebagai sesuatu yang unik di SA, dan keseragaman tidak dipandang dari apa yang dikenakan, tapi pada akhlak, perilaku dan sikap serta semangat belajar dan rasa ingin tau mereka.

Secara ideal, dasar konsep tersebut berangkat dari nilai-nilai al Qur’an dan sunnah, yang menyatakan bahwa hakikat penciptaan manusia adalah untuk menjadi kholifah di muka bumi. Dengan begitu, para penggagas SA yakin bahwa hakikat tujuan pendidikan adalah membantu anak didik tumbuh menjadi manusia yang berkarakter. Menjadi menusia yang tidak saja mampu memanfaatkan apa yang tersedia di alam, tetapi juga mampu mencintai dan memelihara lingkungannya. Pengetahuan bukanlah barang yang harus kita miliki. Pengetahuan adalah sebuah fungsi. Sebagai sebuah fungsi, kita harus mempelajari semua pengetahuan yang membantu kita berubah menjadi lebih baik. Belajar adalah proses menggunakan pengetahuan sebagai penuntun perjalanan mendekati kesempurnaan secara konstan. Belajar adalah proses menjadi secara konstan. Karena menjadi merupakan proses yang tidak pernah berakhir, belajar adalah satu-satunya proses kehidupan yang tidak pernah selesai. Itulah antara lain yang menjadi landasan lahirnya SA.

Sejak dini, anak-anak SA diperkenalkan dengan berbagai kegiatan yang aneh untuk takaran anak seusia mereka di sekolah lain. Mereka telah biasa melakukan bisnis dengan kegiatan “market day” yaitu siswa diajarkan usaha jual-beli dari dan untuk mereka. Ada acara “Open House” yang merupakan kegiatan tahunan, dimana setiap siswa mendapat peran untuk menjadi tuan rumah bagi tamu undangan yang hadir untuk melihat kemajuan SA. Kegiatan OTFA (out tracking fun Adventure) yang merupakan kegiatan luar sekolah favorit, tapi tidak sekedar darmawisata atau rekreasi. Dua kegiatan ini mengenalkan dan mendekatkan siswa pada proses dan bukan pada hasil.

Semua proses pembelajaran yang berlangsung di SA dalam suasana fun learning. Belajar di alam terbuka, secara naluriah akan menimbulkan suasana tersebut, tanpa tekanan dan jauh dari kebosanan. Dengan menggunakan konsep fun learning, SA telah mengubah sekolah menjadi sebuah miniature kehidupan yang tidak saja natural dan riil, tetapi juga indah dan nyaman. Proses belajar berubah menjadi aktivitas kehidupan riil yang dihayati dengan penuh kegembiraan. Dengan begitu akan tumbuh kesadaran pada anak-anak bahwa belajar adalah asyik dan sekolah pun menjadi identik dengan kegembiraan.

Metode pembelajaran yang digunakan untuk mendukung suasana tersebut, yaitu metode “spider Web” (Tematik), dimana suatu tema diintegrasikan dalam semua mata pelajaran. Dengan demikian, pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran bersifat integratif, komprehensif dan aplikatif, sekaligus juga lebih “membumi”. Kemampuan dasar yang ditumbuhkan pada anak-anak di SA adalah kemampuan membangun jiwa keingintauan, melakukan observasi, membuat hipotesis, serta berpikir ilmiah. Dengan metode “spider web”, mereka belajar tidak hanya dengan mendengar penjelasan guru, tetapi juga dengan melihat, menyentuh, merasakan dan mengikuti keseluruhan proses dari setiap pembelajaran.

Sekolah Alam berusaha membangun kemampuan-kemampuan dasar anak yang membuatnya proaktif dan adaptif terhadap perubahan-perubahan lingkungan. Kemampuan berpikir logis misalnya. Seorang anak yang mampu berpikir logis, lebih penting daripada sekedar mendapat nilai tinggi dalam matematika. Sebab kemampuan itu yang memberikan kekuatan “mencerna” masalah-masalah hidupnya. Begitu juga latihan outbond, yang melatih keberanian, kesabaran, keuletan, kerjasama tim dan kepemimpinan. Latihan ini membangun struktur mentalitas mereka secara kuat yang membuat mereka tahan terhadap goncangan-goncangan hidup.

Semua stake holder mempunyai peran dan arti yang besar dalam proses pendidikan. Pendidikan benar-benar menjadi tanggung jawab bersama antara yayasan, guru dan orang tua. Peluang belajar terbuka untuk semua. Baik secara finansial ataupun tingkat kecerdasannya. Tidak ada diskriminasi dan kapitallisme dalam penyelengaraan pendidikan. Untuk memberi peluang bagi yang kurang mampu secara finansial, diterapkan sistem subsidi yang proporsional. Tidak ada tes IQ sebagai syarat masuk sekolah di SA. Kecerdsan seorang anak bukan hanya dilihat dari penguasaan ilmu eksakta dan sosial belaka, melainkan harus dilihat sebagai kesatuan yang utuh. Para calon siswa justru diberi kesempatan untuk mencoba (sit-in) belajar di SA sebelum memutuskan dan diputuskan bisa sekolah di SA. Rapor murid-murid SA berisi semua aspek perkembangan si anak yang disajikan apa adanya, lengkap dengan tabel-tabel dan grafiknya. Sekolah ini menghapus sistem rangking yang hanya akan membentuk kasta baru berdasarkan kecerdasan, tetapi memandang potensi semua siswa sama dan mengabaikan keunikan dan difrensiasi individual pada bakat, minat dan intelegensinya. Sekolah bukanlah ajang pacuan kuda dengan siswa sebagai pesertanya. Di sini siswa dipacu untuk tumbuh maksimal pada pusat keunggulan intelegensinya yang menyatu bersama bakat dan minatnya. Tidak ada persaingan antarsiswa yang dilakukan dengan standar yang sama. Sebab tujuan pembelajarannya membangun tradisi ilmiahnya, bukan sekedar memicu prestasi belajar.

Di SA, tidak hanya murid yang belajar. Guru pun belajar dari murid, bahkan orangtua juga belajar dari guru dan anak-anak. Anak-anak tidak hanya belajar di kelas, mereka belajar dimana saja. Mereka tidak hanya belajar dari buku, tetapi dari apa saja yang dilihat di sekelilingnya. Mereka diarahkan untuk belajar secara aktif dan mandiri, guru lebih berperan sebagai fasilitator. Yang jelas, mereka tidak belajar untuk mengejar nilai, tetapi untuk bisa memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari.

Gabungan antara pelajaran di kelas, latihan outbond, penelitian lapangan (outing), market day dan lain-lain telah memberikan kesadaran dan pemahaman yang relatif lebih utuh tentang kehidupan, membentuk struktur emosi dan mentalitas yang stabil, serta membangun sikap-sikap keseharian yang lebih tercerahkan dari waktu ke waktu. Sekolah adalah pusat kehidupan bagi siswa-siswa. Dengan lingkungan yang menyenangkan, mereka menikmati pusat kehidupan tersebut tanpa beban, tanpa stress. Sekolah adalah realitas kehidupan yang mereka jalani dengan penuh penghayatan. Sekolah adalah sumber kegembiraan, bukan sumber stress yang biasannya membuat mereka kehilangan gairah.

(Sumber : SEKOLAH ALAM, ALTERNATIF PENDIDIKAN SAINS YANG MEMBEBASKAN DAN MENYENANGKAN , Maryati Jurdik Kimia, FMIPA, UNY )

0 Response to "SEKOLAH ALAM, SEBUAH ALTERNATIF"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel