Menteri Pendidikan Ganti, Semoga Kurikulum Tidak Ganti: Cukup Sejahterakan Guru
Terimakasih Mas Nadiem Makarim atas segala usahanya untuk memajukan pendidikan Indonesia. selamat datang Bapak Abdul Mu'ti sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pergantian menteri dalam kabinet semoga membawa angin perubahan dalam berbagai sektor, termasuk pendidikan. Setiap menteri baru kerap menghadirkan ide segar yang berdampak pada kebijakan, salah satunya adalah kurikulum. Namun, harapan besar dari para guru adalah agar kurikulum tidak terus-menerus diganti. Mengapa? Karena seringnya perubahan kurikulum justru berisiko membingungkan para guru dan siswa, dan belum tentu memberikan hasil yang optimal.
Kurikulum apapun akan hebat di tangan guru yang hebat. Guru adalah ujung tombak keberhasilan pendidikan. Tidak peduli seberapa bagusnya kurikulum yang dirancang, tanpa dukungan guru yang kompeten dan bersemangat, hasilnya tidak akan maksimal. Oleh karena itu, kunci utama dalam memperkuat pendidikan terletak bukan hanya pada kurikulum, tetapi pada kesejahteraan dan penghargaan terhadap guru.
Stop menggunakan istilah "tanpa pamrih" pada guru. Karena guru adalah profesi sehingga untuk menjadi guru dibutuhkan serangkaian kompetensi kemudian ada sejumlah salary disebabkan kompetensinya. Apakah mau profesi lain dihargai hanya dengan istilah "tanpa pamrih atau ikhlas"? Sudah tentu tidak akan mau. Ikhlas memang harus menjadi landasan setiap profesi dalam berkarya, namun bukan berarti dengan ikhlas lantas tidak diperhatikan kesejahteraannya.
Guru yang dihargai dan sejahtera akan memiliki semangat yang tinggi dalam mendidik. Mereka tidak hanya mampu memahami dan menerapkan kurikulum dengan baik, tetapi juga mampu berinovasi di dalam kelas. Guru hebat adalah mereka yang selalu siap menghadapi tantangan, mampu menyesuaikan diri dengan perubahan, dan memberikan pendidikan yang bermakna bagi para siswa. Namun, untuk mencapai itu, mereka membutuhkan dukungan penuh dari pemerintah, terutama dalam hal kesejahteraan.
Kesejahteraan guru tidak hanya menyangkut gaji yang layak, tetapi juga kondisi kerja yang mendukung, akses terhadap pelatihan, dan kesempatan untuk terus berkembang. Seorang guru yang merasa aman secara finansial dan didukung oleh sistem akan lebih fokus pada tugas utamanya: mendidik generasi penerus bangsa. Sebaliknya, jika kesejahteraan guru diabaikan, semangat mereka dalam mengajar bisa menurun, dan pada akhirnya kualitas pendidikan akan terdampak.
Oleh karena itu, harapan besar dari guru dan masyarakat adalah agar pemerintah, khususnya Menteri Pendidikan yang baru, tidak terburu-buru mengganti kurikulum. Fokuslah pada kesejahteraan guru. Karena dengan guru yang sejahtera dan dihargai, kurikulum apapun akan bisa dijalankan dengan baik. Guru hebat adalah pilar dari keberhasilan pendidikan, dan pendidikan yang kuat akan menciptakan generasi yang berkualitas.
Guru merupakan penggerak utama perubahan karakter bangsa. Di era digital seperti sekarang, pengetahuan memang mudah diakses melalui Google atau kecerdasan buatan (AI). Hanya dengan mengetik pertanyaan di mesin pencari, siswa bisa mendapatkan jawaban atas berbagai topik. Namun, ada satu hal penting yang tidak bisa dilakukan oleh teknologi: penanaman karakter.
Karakter adalah fondasi yang membentuk kepribadian dan moral seseorang. Ini adalah aspek penting yang tidak hanya menentukan kecerdasan intelektual, tetapi juga menentukan bagaimana seseorang berperilaku, berinteraksi dengan orang lain, dan menyumbang bagi masyarakat. Sementara teknologi mampu memberikan informasi, guru memiliki peran yang jauh lebih dalam: mereka adalah role model yang mengajarkan nilai-nilai seperti integritas, kejujuran, tanggung jawab, empati, dan kerja sama.
Proses pembentukan karakter memerlukan bimbingan, keteladanan, dan pendekatan personal, yang hanya bisa diberikan oleh seorang guru. Setiap interaksi yang dilakukan guru dengan siswanya menjadi kesempatan untuk menanamkan nilai-nilai positif. Melalui sikap, perilaku, dan hubungan yang dibangun di dalam kelas, guru menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan karakter baik pada siswa. Inilah yang tidak bisa digantikan oleh Google atau AI, karena penanaman karakter melibatkan sentuhan manusia yang penuh empati dan kesabaran.
Guru juga memainkan peran penting dalam membimbing siswa untuk menggunakan teknologi secara bijaksana. Di tengah banjir informasi, guru mengajarkan cara menyaring informasi, berpikir kritis, dan menumbuhkan etika digital. Hal ini sangat relevan di zaman sekarang, ketika anak-anak perlu dibekali kemampuan untuk memanfaatkan teknologi tanpa kehilangan nilai-nilai moral yang baik.
Dengan demikian, jika kita ingin bangsa ini menjadi lebih baik, memiliki generasi muda yang cerdas sekaligus berkarakter kuat, maka fokus kita haruslah pada guru. Guru bukan hanya pentransfer ilmu pengetahuan, tetapi pembentuk masa depan melalui karakter anak didiknya. Peran ini tidak bisa digantikan oleh teknologi, seberapa canggih pun itu.
Maka, sudah sepantasnya kita menghargai dan menyejahterakan guru, karena mereka adalah pilar utama dalam menggerakkan perubahan bangsa. Karakter siswa yang kuat dan moral yang baik adalah cerminan dari dedikasi seorang guru hebat, yang tidak hanya mengajar dengan kepala, tetapi juga dengan hati.
0 Response to "Menteri Pendidikan Ganti, Semoga Kurikulum Tidak Ganti: Cukup Sejahterakan Guru"
Post a Comment